Langsung ke konten utama

DEFINISI IDENTITAS SOSIAL

Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup.

Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut.

Daftar Pustaka : Rustanto, Bambang. 2015. Masyarakat Multikultur di Indonesia. Bandung:PT    Remaja Rosdakarya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKODINAMIKA DALAM PEKERJAAN SOSIAL

Perspektif psikodinamika berasal dari psikoanalisis yang didasari oleh gagasan Freud dan para pengikutnya serta perkembangan lebih lanjut dari kerja-kerja mereka. Istilah psikodinamika lebih luas dari pada psikoanalisis. Psikodinamika menekankan bahwa pikiran (unsur “psycho” dari istilah tersebut) merupakan mesin penggerak kita: pikiran memotivasi dan mengarahkan atau mengatur perilaku kita. Sejak 1960-an, teori praktik muncul dari gagasan ini yang disebut psikososial karena melihat bagaimana pikiran dan perilaku mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial orang. Gagasan psikodinamika berpengaruh sejak periode 1930-1960 saat pekerjaan sosial dibangun; karena gagasan ini mendasari pekerjaan sosial tradisional di mana beberapa teori lain lebih berkembang sebagai reaksi terhadap gagasan psikodinamika. Karena itu, elemen dari gagasan psikodinamika masih berpengaruh dalam praktik sehari-hari. Alasan lain bagi pengaruh yang cukup luas ini adalah bahwa psikoanalisis dikenal baik ...

FUNGSI PEKERJAAN SOSIAL

Heru Sokoco (1995:22-27) menjelaskan fungsi dan peran pekerja sosial sebagai berikut : 1.       Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami. 2.       Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber 3.       Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber 4.       Mempengaruhi kebijakan sosial 5.       Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material. Max Siporin dalam Dwi Heru Sukoco (1992 : 52-54), menyatakan bahwa tujuan Pekerjaan Sosial adalah untuk mencapai kesejahteraan individu, keluarga atau kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan tujuannya Max Siporin membagi fungsi dasar pekerjaan sosial menjadi 4 (empat) bagian sebagai berikut: 1.       Mengembangkan, memelihar...

KONSEP DASAR PEKERJAAN SOSIAL

Beberapa dari kita ada yang masih belum paham apa sih pekerja sosial itu? Sama seperti psikolog? Tentu saja jauh berbeda, kali ini saya membahas tentang definisi dan tujuan pekerjaan sosial. YUK kita cari tahu apa sih perbedaannya^^ PENGERTIAN PEKERJA SOSIAL MENURUT PARA AHLI MAX SIPORIN … sebagai suatu metode institusi sosial untuk membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan meningkat kan keberfungsian sosial mereka. Alen Pincus dan Anne Minahan …berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya , sehingga mereka mampu melasanakan tugas-tugas kehidupan , mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. W. Friedlander dan Robert Z. Apte …bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, dimana kegiatannya difokuskan pada relasi sosial mereka, khususnya interaksi manusia dengan lingkungannya. Charles Zastr...